Selamat malam duniaku :)
Ceritaku kali ini tentang orang yang merdeka dan orang yang terpenjara..
Biar aku menjelaskan opini ku tentang orang yang terpenjara terlebih dahulu, karena aku rasa banyak sekali orang-orang yang merasa terpuruk dan terpenjara oleh sebuah masalah. Yang kemudian menyalahkan keadaan. Apa benar keadaan yang salah ? Bagaimana kalau dirimu lah yang ternyata sang pelaku yang membuat penjara untuk dirimu sendiri ? Tidak merasa bahagia karena keinginan dan ekspetasi kehidupan yang terlalu besar kemudian tidak terjadi di kehidupan nyata. Membuat sebuah planning dari A sampai Z kemudian hancur berantakan karna berbagai hal.
Hidup memang penuh dengan kemungkinan , termasuk kemungkinan kamu gagal dan kamu tidak beruntung atas suatu hal. Mencemaskan berbagai hal dalam satu waktu hingga kamu lupa untuk bahagia. Gelisah, stress, depresi, kadang ga fokus dan seperti orang linglung. Sedih yang bercampur aduk dengan banyak perasaan lainnya. Butuh hiburan tapi tak ada yang bisa menghibur apa yang ada dalam benak dan pikiranmu. Terpojokkan oleh diri sendiri. Kadang suka tiba-tiba nangis sendiri padahal ga ada yg dipikirin atau membuat sedih.
Atau kemungkinan lainnya bukan dirimu yang membuat penjara tersebut, tapi orang-orang dilingkungan dekatmu. Misalnya keluarga. Ketika kamu ingin A namun sanak saudara menyetujui kamu untuk melakukan hal B. Lalu kemudian kamu mati-matian belajar melakukan hal yang menurut orang lain "baik buat kamu" demi membuat mereka bangga dan membuat mereka bahagia. Hidup mu penuh dengan dikte keinginan mereka sampai kamu lupa bahwa kamu juga memiliki keinginan mu sendiri. Pencapaianmu sendiri, goals mu sendiri. Hingga bentrok batin pun terjadi. Perang pikiran dan batin. Ketika batin ingin memberontak namun pikiran menenangkan dengan berkata "tak apaa, semangatlah ini demi orang tua mu.. Jalani saja" dan akhirnya batinmu selalu mengalah.
Segalanya menjadi tak sejalan namun kamu berusaha untuk tetap baik-baik saja tanpa bercerita ke siapapun.Lebih parahnya lagi ketika sampai urusan percintaan pun kamu di dikte. Harus dengan yang bla.. bla.. bla.., jangan yang bla.. bla.. bla..
Padahal bahagia tak seharusnya di dikte. Tidak ada patokan dalam membentuk sebuah kebahagiaan. Tidak ada batasan dalam sebuah kebahagiaan. Karna bahagia adalah hal sederhana yang bisa kamu buat kapanpun dimanapun dengan siapapun. Tuhan pun tidak pernah membatasi kita harus bahagia yang bagaimana dan dengan siapa.
Kalau seperti ini rasa-rasanya dirimu diciptakan tuk jadi munafik atas dirimu sendiri.
Tapi tak ada pilihan selain menjalani, karena sudah terlanjur basah dan kecebur dalam lautan luas. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus bisa "survive" untuk berenang menuju tepi walau harus tenggelam berkali kali , jangan sampai lelah karena kamu akan tenggelam ke dasar dan tidak bisa kembali. Masih ada tepi pantai yang menanti untuk kamu datangi. Masih ada daratan yang bisa kamu tapaki.
Jika hidup memang kemungkinan yang bisa diupayakan, maka kamu masi bisa memenangkan batin mu setelah pikiranmu dapat kamu taklukan. Teruslah berusaha..
Hidup memang penuh dengan kemungkinan , termasuk kemungkinan kamu gagal dan kamu tidak beruntung atas suatu hal. Mencemaskan berbagai hal dalam satu waktu hingga kamu lupa untuk bahagia. Gelisah, stress, depresi, kadang ga fokus dan seperti orang linglung. Sedih yang bercampur aduk dengan banyak perasaan lainnya. Butuh hiburan tapi tak ada yang bisa menghibur apa yang ada dalam benak dan pikiranmu. Terpojokkan oleh diri sendiri. Kadang suka tiba-tiba nangis sendiri padahal ga ada yg dipikirin atau membuat sedih.
Atau kemungkinan lainnya bukan dirimu yang membuat penjara tersebut, tapi orang-orang dilingkungan dekatmu. Misalnya keluarga. Ketika kamu ingin A namun sanak saudara menyetujui kamu untuk melakukan hal B. Lalu kemudian kamu mati-matian belajar melakukan hal yang menurut orang lain "baik buat kamu" demi membuat mereka bangga dan membuat mereka bahagia. Hidup mu penuh dengan dikte keinginan mereka sampai kamu lupa bahwa kamu juga memiliki keinginan mu sendiri. Pencapaianmu sendiri, goals mu sendiri. Hingga bentrok batin pun terjadi. Perang pikiran dan batin. Ketika batin ingin memberontak namun pikiran menenangkan dengan berkata "tak apaa, semangatlah ini demi orang tua mu.. Jalani saja" dan akhirnya batinmu selalu mengalah.
Segalanya menjadi tak sejalan namun kamu berusaha untuk tetap baik-baik saja tanpa bercerita ke siapapun.Lebih parahnya lagi ketika sampai urusan percintaan pun kamu di dikte. Harus dengan yang bla.. bla.. bla.., jangan yang bla.. bla.. bla..
Padahal bahagia tak seharusnya di dikte. Tidak ada patokan dalam membentuk sebuah kebahagiaan. Tidak ada batasan dalam sebuah kebahagiaan. Karna bahagia adalah hal sederhana yang bisa kamu buat kapanpun dimanapun dengan siapapun. Tuhan pun tidak pernah membatasi kita harus bahagia yang bagaimana dan dengan siapa.
Kalau seperti ini rasa-rasanya dirimu diciptakan tuk jadi munafik atas dirimu sendiri.
Tapi tak ada pilihan selain menjalani, karena sudah terlanjur basah dan kecebur dalam lautan luas. Mau tidak mau, suka tidak suka kita harus bisa "survive" untuk berenang menuju tepi walau harus tenggelam berkali kali , jangan sampai lelah karena kamu akan tenggelam ke dasar dan tidak bisa kembali. Masih ada tepi pantai yang menanti untuk kamu datangi. Masih ada daratan yang bisa kamu tapaki.
Jika hidup memang kemungkinan yang bisa diupayakan, maka kamu masi bisa memenangkan batin mu setelah pikiranmu dapat kamu taklukan. Teruslah berusaha..
Lalu bagaimana dengan orang merdeka ? Menurutku adalah orang-orang yang bisa dengan bebasnya mengekspresikan apa yang ingin mereka kreasikan hingga lepas tanpa batas, karna merdeka adalah puncak bahagia seorang manusia. Dia tidak diperbudak waktu, tidak diperbudak zaman juga tren, tidak diperbudak keinginan nominal yang berlebihan, bahagia yang tidak di dikte oleh siapapun. Bahkan hobi mereka pun bisa dijadikan mata pencaharian, tidak terpatok pada paradigma atau stigma masyarakat bahwa kerja harus diperusahaan. Kenapa harus seperti itu kalau mereka mampu menciptakan kebahagiaannya dengan cara mereka sendiri.
Indahnya menjadi manusia merdeka. Tidak peduli apa kata orang, mereka mengambil resiko untuk di gunjing namun mereka teguh pada pendiriannya untuk bahagia dengan menciptakan karyanya. Sounds good, right ?
Indahnya menjadi manusia merdeka. Tidak peduli apa kata orang, mereka mengambil resiko untuk di gunjing namun mereka teguh pada pendiriannya untuk bahagia dengan menciptakan karyanya. Sounds good, right ?
*Bacanya jangan terlalu baper ya apalagi sambil manggut-manggut*
tertawa bersama orang terdekat adalah bahagia yang sederhana yang luar biasa. |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar